
loading...
Luhut menjelaskan, rare earth merupakan komoditas mineral hasil ekstrak tin atau timah. Komoditas itu kemudian bisa dijadikan campuran kebutuhan pembuatan magnet, elektronik, hingga senjata. BACA JUGA- Pentolan Metallica Bikin Buku Soal Mobil Klasik
Rare earth dibutuhkan untuk membuat produk teknologi tinggi. Di bidang pertahanan, elemen ini bisa dipakai untuk membuat guidance systems, laser, serta radar dan sonar system. (Baca juga: Huawei HMS Core Versi 5.0 Bawa Sejumlah Peningkatan Kemampuan Ponsel)
Meski bernama rare earth, tetapi sebenarnya mineral ini tidak langka. Mengutip dari Geology, Rabu (24/6/2020), pengelolaan elemen rare earth yang tidak mudah adalah faktor penyebab kelangkaan tersebur.
Banyak elemen-elemen yang masuk ke dalam kategori rare earth, misalnya lanthanum, cerium, praseodymium, neodymium, dysprosium dan lain sebagainya.
Indonesia memiliki potensi cukup besar terkait mineral ini. Mengingat Bangka Belitung merupakan salah satu wilayah penghasil timah di dunia. Namun, pengelolaan rare earth belum banyak di Tanah Air.
China disebut sebagai negara penghasil rare earth terbesar di dunia. Sepanjang tahun lalu, Negeri Tirai Bambu berhasil memproduksi sebanyak 132 ribu metrik ton rare earth.
Meski Amerika Serikat juga memproduksi mineral seruap, tetapi menurut data Mining, rare earth yang dimiliki AS masih kalah dari China. Tahun lalu, Negeri Paman Sam hanya berhasil memproduksi 26 ribu metrik ton rare earth, dan menjadikannya nomor dua di bawah China.
(wbs)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dibicarakan Luhut dan Prabowo, Produksi Rare Earth Dunia Dikuasai China"
Post a Comment