
loading...
"Penelitian terkati dampak teknologi terhadap kesejahteraan konsumen belum banyak dilakukan. Katena itu, riset ini penting untuk mengevaluasi dampak teknologi terhadap perekonomoian secara lebih komprehensif," kata Yose Rizal Kepala Departemen Ekonomi CSIS di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (23/7/2019).
Pasalnya penelitian sejenis ini belum banyak dilakukan. Studi surplus konsumen Grab ini merupakan penelitian ekonomi digital pertama di Asia Tenggara yang menggunakan big data untuk menghitung surplus konsumen tersebut.
Baca Juga:
Studi ini mengemukan bahwa teknologi GRab berkontribusi sekitar 46,14 triliun dalam surplus konsumen di wilayan Jabodetabek pada 2018. Lebih rinci Yose menyebutkan Surplus konsumen yang diperoleh pengguna GrabBike Rp 5,73 trilun sementara GrabCar berkontribusi hingga Rp 40,41 triliun.
Hasil ini didapatkan dari menggolah big data yang diberikan pihak Grab dalam jangka waktu 9 minggu, dari 7 sampai 27 Mei 2018 dan 2 Jui sampai 12 Agustus 2018. Data tidak termasuk waktu seperti Ramadhan dan akuisis Uber oleh Grab, sebab faktor-faktor ini mengubah pola penawaran dan permintaan terhadap layanan GrabBike dan GrabCar.
Meski menggunakan bigdata pihak Grab maupun CSIS bisa menjamin data yang digunakan bukanlah datapribadi pengguna.
"Data pribadi merupakan hal yang cukup penting untuk Grab, prinsip-prinsip dasar kerahasiaan konsumen dan pengemudi termasuk konsern kami," ujar Tri Sukma Anreianno, Head of Public Affairs Grab Indonesia dalam kesempatan yang sama .
Surplus konsumen sendiri adalah anfaat yang diperoleh konsumen dari membeli abrang atau jasa pada harga yang lebih rendah dari jumah harga maksimal yang sebenarnya rela mereka bayar.
(wbs)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pakai BigData Hasil Studi Menunjukan Grab Untung Rp46,14 Triliun"
Post a Comment